Translate

Senin, 07 November 2011

cara membuat Moge dari Sendok Garpu, Kreasi Sanggar Seni Sendok Garpu

200808294           Kreasi dan daya cipta seorang seniman memang sangat mengagumkan. Di tangan seorang seniman, seonggok bahan yang dimata orang awam tidak bernilai dapat diubah, dikelola atau diolah menjadi sebuah produk yang memiliki nilai seni tinggi. Tentu saja nilai seni tinggi itu seringkali berkorelasi sangat kuat dengan nilai ekonomis atau nilai jual yang tinggi pula. Tingginya nilai ekonomis dari suatu barang seni itu menunjukkan bahwa kreasi dan daya cipta itu memang sesuatu yang langka sehingga perlu mendapatkan penghargaan yang tinggi dari masyarakat.




Kemampuan sang seniman dalam mengembangkan karya cipta atau kreasi pun begitu luas, ide-ide seni mereka sering kali nyaris tidak terbatas dan tidak pernah ada habisnya. Ide-ide seni itu sering kali muncul begitu saja secara tidak sengaja di benak para seniman dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak jarang ide itu muncul dari hal-hal yang sepele dalam kehidupan sehari-hari.

2008082911
Itulah yang dialami oleh Rodi Ali, seorang seniman pembuat miniatur sepeda motor gede (moge) dari sendok dan garpu. Ide pembuatan miniatur moge itu terlintas begitu saja di benak Dody, panggilan akrab Rodi Ali, ketika suatu saat pada tahun 2004 dia secara tidak sengaja melihat sekelompok pengendara moge lewat pada saat sedang menikmati mi bakso di sebuah warung mi bakso di kota Bandung. Sekilas Dody melihat bahwa tangki bahan bakar moge itu sangat mirip dengan kepala sendok stainless steel yang sedang dipegangnya.




Bentuk tangki bahan bakar moge yang sangat mirip dengan kepala sendok stainless steel itu selalu membayangi pikiran Dody. Dalam benak Dody, kepala sendok stainless steel itu dapat dijadikan bahan untuk membuat tangki bahan bakar moge dengan ukuran kecil alias miniatur. Sejak saat itu, Dody terus-menerus mempelajari cara membuat miniatur moge dengan memanfaatkan sendok dan garpu stainless steel.


Setelah selama sekitar empat tahun mempelajari cara pembuatan miniatur moge dengan memanfaatkan bahan sendok dan garpu stainless steel, akhirnya pada tahun 2008 Dody merasa mampu membuat miniatur moge dan memutuskan untuk mulai memproduksinya secara komersial sebagai karya seni yang indah dan menarik. Dengan mengandalkan desain yang dibuatnya sendiri, Dody mencoba mengembangkan produksi miniatur moge dengan modal kerja seadanya.
2008082921


Walaupun latar belakang pendidikan formal Dody hanya sampai sekolah menengah pertama (tidak tamat SMP), namun dengan belajar secara autodidak Dody mampu membuat desain-desain moge secara cermat dengan mengandalkan kejelian pengamatan matanya. Rupanya Dody memiliki darah seni yang diturunkan dari almarhum ayahnya yang juga merupakan seorang seniman. Ketika masih hidup, ayah Dody juga bekerja sebagai seorang pengrajin minatur, namun miniature yang dibuat mendiang ayah Dody adalah miniatur manusia atau hewan alias patung dan wayang.


Pria lajang kelahiran tahun 1974 yang pernah bekerja sebagai petugas keamanan perusahaan (Satpam) itu mengaku sering mengamati kegiatan mendiang ayahnya ketika sedang bekerja membuat kerajinan patung dan wayang. Secara tidak sengaja bakat dan keterampilan membuat berbagai kerajinan patung dan wayang itu ditularkan mendiang ayahnya kepada Dody. Setidaknya, Dody mendapatkan pengetahuan dasar dxalam membuat miniatur itu dari mendiang ayahnya.


Resminya Dody baru memulai pembuatan kerajinan miniatur moge secara komersial pada Mei 2008 lalu. Di luar dugaan, produk kerajinan miniatur moge yang seluruh pembuatannya dilakukan dengan tangan (fully hand-made) itu banyak diminati kalangan pecinta barang seni.
2008082931
Selain menggunakan bahan baku utama berupa sendok dan garpu stainless steel, dalam pembuatan miniatur moge Dody juga menggunakan bahan pendukung lainnya seperti kawat, baut, ring, karet, lem, ampelas, spons dan cat sablon. Semua bahan baku dan bahan pendukung itu dengan mudah didapatkan di toko-toko di sekitar rumah Dody.


Rata-rata pembuatan setiap unit miniatur moge berukuran sedang membutuhkan waktu selama satu hari, sedangkan pembuatan miniatur moge berukuran besar biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama, yaitu sekitar tiga hari.


Saat ini dengan dibantu oleh seorang adiknya, rata-rata setiap bulannya Dodi mampu memproduksi sekitar 30 unit miniatur moge. Produk miniatur moge itu baru dipasarkan melalui jaringan toko-toko barang seni di sekitar kota Bandung. Kadang-kadang ada juga pembeli yang datang ke rumah Dody untuk membeli atau memesan pembuatan miniatur moge secara langsung kepada Dody.
2008082941
Dody mengaku belum pernah menjual miniatur mogenya ke kota lain selain Bandung. Satu-satunya pameran yang pernah diikutinya sampai saat ini adalah Pekan Produk Budaya Indonesia (PPBI) di Jakarta Convention Centre. Melalui pameran tersebut, untuk pertama kalinya Dody menjual produk miniatur mogenya di luar kota Bandung, yaitu di Jakarta.


Produk miniatur moge buatan Dody kini dijual dengan harga yang bervariasi, tergantung ukurannya. Miniatur moge dengan ukuran paling kecil dijual dengan harga Rp 100.000 per unit, sedangkan ukuran yang paling besar dijual dengan harga Rp 1,6 juta per unit.


Belakangan ini, selain memproduksi miniatur moge, Dody juga mengembangkan desain-desain produk miniatur lainnya dengan menggunakan bahan baku dan penolong yang sama. Produk miniatur hasil pengembangan terbaru dari Dody itu diantaranya miniatur mobil, delman, kapal laut, gedung, perahu layar dan senjata api.

1 komentar: